YOHANES DARI SALIB: PRAKTIK ASKETIS

RP.Yonis Toras, OCD

C-010. “The way of life she proposed to us was to be marked with a distinctive style and character. She wanted social virtues and human values to be duly fostered. She inculcated a joyous family spirit, affability in community life, nobility of soul and mutual respect. Our young religious were to be carefully trained; study and culture were to be encouraged. The ascetical practices of our communities were to be at the service of a deeper theological life, and geared to the demands of the apostolic ministry. There was to be a bond of unity between our communities and of evangelical friendship between our religious.”

PENGANTAR

Saya memulai tulisan ini dengan kutipan dari Konstitusi Ordo Karmel tak Berkasut (1988) nomor 10, yang kira-kira saya pahami dan terjemahkan sebagai berikut: “Jalan hidup (Religius Karmelit Teresiana) yang dia (Ibu Teresa Avila) usulkan kepada kita harus ditandai dengan gaya dan karakter yang khas. Dia ingin kebajikan sosial dan nilai-nilai kemanusiaan dipupuk dengan sepatutnya. Dia menanamkan semangat kekeluargaan penuh sukacita, keramahan dalam hidup berkomunitas, berjiwa luhur-mulia dan bersikap saling menghormati. Kaum religius kita yang terbilang muda harus dilatih dengan cermat; didorong untuk belajar dan berbudaya. Praktik-praktik asketis dari setiap komunitas-komunitas kita harus dibaktikan pada hidup-teologis yang lebih mendalam, dan disesuaikan (diarahkan) dengan tuntutan pelayanan apostolik. Harus ada ikatan persatuan di antara komunitas-komunitas kita dan persaudaraan (persahabatan) injili di antara kaum religius kita sendiri.”

Saya, dalam tulisan ini, menggarisbawahi ‘praktik asketis’ (the Ascetical Practice) yang seyogyanya diterapkan di setiap komunitas (formasi atau pastoral) sebagai gaya dan karakter khas dari karisma Karmelit Teresiana. Karisma ini tentu menopang kedalaman teologis dalam arti merefleksikan kembali ajaran-ajaran Bapa dan Ibu Pendiri yang senantiasa menganjurkan para religiusnya ber-askese di tengah tawaran kenikmatan dunia yang semakin menggiurkan. Sebagaimana Yesus pernah dicobai di padang gurun sebelum memulai karya-Nya begitu pula para Karmelit tak Berkasut dituntut untuk melatih men-disiplin-kan diri sebelum memulai karya pelayanan. Hidup bakti sebagai hidup yang ‘dikhususkan’ dan ‘dikuduskan’ (consecrated life) Allah melalui kaul-kaul religius menuntut suatu transformasi-diri sebagai tanda kehadiran Allah dan keteladanan hidup bagi Gereja lokal yang dilayani tetapi harus ditopang oleh semangat dan karisma Bapa dan Ibu Pendiri Ordo. Santo Yohanes dari Salib sangat menekankan hal ini. Praktik asketis sebagai salah satu jalan menuju kekudusan hidup …. Selengkapnya lihat: https://s.docworkspace.com/d/AM9s3BjZq5AKwKX7kaGdFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *