BELAJAR BERDOA BERSAMA St. TERESA DARI YESUS: “DOA REKOLEKSI”
“Saya sedang menunjuk kepada satu jenis doa yang mulai di tempat tinggal ini, karena saya telah bergabung dengan doa rekoleksi, yang seharusnya telah saya sebutkan sebelumnya, dengan doa jenis ini. Doa rekoleksi jauh kurang kuat daripada doa yang muncul dari kenikmatan rohani yang berasal dari Allah yang saya sebutkan. Tetapi doa ini adalah awal yang melaluinya seseorang berjalan menuju jenis yang lain; karena di dalam doa rekoleksi, meditasi atau kerja akal budi, tidak harus dikesampingkan.”
(IV Puri Batin 3.8)
Kutipan di atas menunjukkan cara St. Teresa mengetahui hal yang sedang dibicarakanNya tetapi ia tidak selalu membahasnya secara sistematis dan teratur. Tetapi hal itu menciptakan satu poin yang baik. Hal yang kita alami di dalam kehidupan rohani tidak selalu dengan mudah ditempatkan di dalam suatu cara yang bisa kita jelaskan kepada orang-orang lain.
Ada dua cara yang dengannya ia berbicara tentang doa rekoleksi. Satu jenis rekoleksi adalah hal yang bisa dialami oleh seseorang sebagai sebuah hasil dari usaha jiwa sendiri. Ia mengatakan “…karena di dalam doa rekoleksi, meditasi atau kerja akal budi, tidak harus dikesampingkan.” (IV Puri Batin 3.8). Ini adalah jenis rekoleksi yang dibicarakan oleh St. Teresa di dalam Jalan Kesempurnaan. Orang yang datang dari ruang ke tiga secara logis masih akan dan sedang menjalankan meditasi jenis ini. Perbedaannya adalah bahwa di dalam doa rekoleksi yang bisa kita sebut sebagai rekoleksi aktif (aktif karena kita harus melakukan sesuatu), jiwa mengalami beberapa hiburan-hiburan, dalam arti bahwa jiwa merasakan sesuatu yang menegaskan bahwa Allah hadir. Kita telah dewasa di dalam doa kita dan Allah memberi kita penegasan.
Di dalam jenis rekoleksi yang lain, jiwa pasif, artinya, jiwa menerima doa dari Allah. Ini adalah doa yang dijelaskannya di dalam dua bab awal ruang ke empat. “Doa rekoleksi jauh kurang kuat daripada doa yang muncul dari kenikmatan rohani yang berasal dari Allah yang saya sebutkan.” (IV Puri Batin 3.8). Karena itu, di sini ia menyebut rekoleksi pasif dengan kenikmatan-kenikmatan rohani. Istilah “kenikmatan-kenikmatan rohani” adalah sebuah ungkapan yang digunakan oleh St. Teresa di dalam Puri Batin. Ia menggunakan istilah itu 17 kali dan menghubungkannya dengan “doa ketenteraman.”
Jiwa yang telah memulai pengalaman kebebasan karena melepaskan hal-hal itu, baik material maupun rohani, yang bisa menghambat lebih lanjut pertumbuhan di dalam doa yang berawal di dalam rekoleksi aktif untuk mengalami kehadiran Allah (hiburan-hiburan). Kemudian jiwa mengalami kehadiran allah secara tiba-tiba. “Di dalam rekoleksi (pasif) ini, hal itu tidak datang saat kita menginginkannya, tetapi saat Allah ingin untuk memberi kita rahmat.” (IV Puri Batin 3.3). Pengalaman rekoleksi ini ditunjukkan oleh apa yang disebut oleh ibu kita sebagai “kenikmatan-kenikmatan rohani.”
“Jangan berpikir bahwa rekoleksi ini diperoleh melalui akal budi dengan berusaha berpikir tentang Allah di dalam dirinya, atau melalui imajinasi dengan membayangkan Dia di dalam dirinya. Usaha-usaha seperti itu baik dan merupakan satu jenis meditasi yang luar biasa karena hal-hal itu didasarkan atas sebuah kebenaran, yaitu bahwa Allah ada di dalam diri kita.” (IV Puri Batin 3.8). Puri Batin adalah karya besar terakhir ibu kita. Ia matang dalam pemahamannya tentang doa. Di dalam ruang-ruang ini, rekoleksi disiapkan utnuk doa-doa mistik yang pertama.
Doa rekoleksi di dalam ruangan ke empat adalah langkah besar pertama ke dalam ruangan-ruangan yang paling dalam di dalam diri kita. Hal itu adalah langkah yang membawa kita ke pusat. Itu adalah langkah yang kita ambil tetapi bukan dengan kekuatan kita sendiri.
Oleh : P. Aloysius Deeney, OCD