Profisiat Dr. Markus Ture!

Liputan ujian terbuka tesis doktoral P.Markus Ture, OCD yang diambil dari media Mutiara Timur dengan judul: Penguji Disertasi Doktoral IAKN Akui Pater Markus Ture, OCD Doktor Teologi
Mutiara Timur Juli 29, 2021

P. Markus Ture,OCD bersama Penguji Pdt. Dr.Fred Djara Wellem dan P. Gregor Neonbasu, SVD, PhD.
Kupang, mutiaratimur.com- Pater Markus Ture, OCD presentasi dan pertanggungjawabkan hasil penelitiannya dalam disertasi: ‘Kesatuan Fedhi Legi Dalam Perspektif Injil Johanes,’ betul-betul menujukan kepiawaiannya dihadapan tujuh Penguji, Prof. Dr. Maria A. Noach, Prof. Dr. Samuel Hakh, P. Gregor Neonbasu, PhD, Pendeta Dr. Fred Djara Wellem, Dr. Oditha Hutabarat, Dr. Daniel Nuhamara, dan Dr. Harun Y. Natonis.

Markus Ture, Biarawan Ordo Carmel Takberkasut yang terlihat elegan berargumentasi dengan rigit, baik secara metodelogi penelitian kualitatif, kajian biblis dan telaahan dogmatis dengan pendekatan antropologi eksegese disaat pengguni menggali dan menukik dengan pertanyaan kritisnya.

Karena kemampuan menguasai dan mempertahankan karya doktoralnya, sebagaimana disaksikan media ini, P. Markus Ture, mendapat pengakuan betul-betul seorang doktor teologi yang melahirkan teori baru, yaitu antropologi eksegetis.

Demikian P. Markus Ture, OCD pada hari selasa (27/07/2021) Pukul 15.00 WITA – Pukul 17.00 WITA, di kampus Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang dalam ujian terbuka program doktoral.

“Baik, Pater Markus, saya memuji disertasi anda, dan betul-betul anda seorang doktor teologi,” ungkap Pdt. Dr. Fred Djara Wellem.

Selain memuji dan mengakui Pdt.Dr Fred pun meminta pernjelasan dari Partai Markus lebih jauh.

“Mengapa Pater memilih Yohanes pasal 17. Di situ Yohanes menekankan kesatuan. Padahal kita membaca injil terlihat dua soal kesatuan, Tuhan Yesus berbicara soal, anggur dan rantingnya, gembala dan dombanya. Tetapi kenapa Pater jatuh hati Yohanes 17:20-24,” komentarnya dalam nada tanya.

Terhadap pertanyaan ini Pater Markus merespon dengan menekankan soal Allah dalam sejarah keselamatan dengan datang ke dunia dan berkehendak mempersatukan umat manusia. Tanda-tanda, mujikzat-mujikzat, berbicara soal perumpamaan, tentang gandum dan ilalang, roti dan anggur, pohon cabang dan ranting, gembala dan domba sebagai bagian dari kehendak Allah ingin mempersatukan manusia yang berpuncak pada doa Yesus dalam Yohanes 17: 20-23 sebagai kulminasi diskursus teologis tentang kesatuan. Sehingga Pater memilih dan berfokus tulisannya pada puncak, yaitu kesatuan yang dikaitkan dengan Kesatuan dalam doa masyarakat bhela, Fedhi legi.

Pengakuan sebagai doktor teologi itu juga terungkap oleh P. Prof.Dr. Geogre Neonbasu dengan argumrntasi ilmiahnya.

“Saya melihat disertasi Fedhi Legi dalam persoektif injil Yohanes merupakan sebuah teori baru dalam dunia teologi. Teori antropologi eksegetis yang dilahirkan Pater Markus akan menjadi sebuah ilmu yang sangat menarik dan dapat dikembangkan oleh seluruh dunia. Teori baru ini juga akan mengangkat nama lembaga IAKN Kupang, sebab Pater Markus Ture, OCD adalah alumni yang menemukan dan menulis dari lembaga pendidikan ini.” ungkap P. Dr. George Neonbasu, SVD diforum terbuka, baik di IAKN itu maupun via webiner.

Doktor Antropologi tamatan Melbrone, Australia ini men jelaskan lebih lanjut, ketika bertemu dengan P. Markus Ture, mau menulis disertasi Kesatuan Fedhi Legi dalam perspektif Injil Yohanes ini blessing in disguese (berkah terselubung). Karena itu saya ajak Markus kita buat Pentateukh Form Gesicht untuk Fedhi Legi seperti Kitab Suci, lalu tafsir secara antropologis. Ternyata hal itu terjadi atau dijalankan. Ini sebenarnya sejak abad enam belas, tujuh belas sudah ada tapi gereja lebih pada studi tentang ajaran tradisi, gereja tidak mau ada pendekatan baru seperti itu. Tetapi saya pikir teori baru ini akan diterima dimana-mana. Fedhi legi masyarakat bhela dalam antroplogi eksegetis ini juga searah dengan pintu padzir dari masyarakat riung. Teori baru ini akan masuk lebih mendalam, ayat-ayat kita suci kita bisa temukan dalam fedhi legi.

P. George Neeobasu, PhD selaku moderator dan sekaligus pembimbing disertasi P. Markus Ture, menyatakan untuk teori baru bisa membumi maka dia akan memperkenalkan saat Simposium para pastor di biara OCD nanti. Bahkan beliau juga akan semakin gencar mempromosikan teori ini karena memiliki wadah Gregor Antropological group dengan anggotanya dari beberapa biarawan yang memiliki ilmu etnografi.

Terhadap pengakuan penguji belia adalah seorang doktor teologi dan pencetus teori Antropologi Eksegetis, ia mengungkapkan rasa syukur dan terimakasih. Bahkan menghendaki semoga ada aplikasi nyata yang bermanfaat bagi umat manusia.

“Saya sangat bersyukur dan bergembira serta berterimakasih atas semua yang terjadi hari ini dan sungguh beterimakasih atas semua dukungan. Mudah-mudahan apa yang kami tulis mulai terwujud dari arena ini. Karena visi kami bila dari sudut ilmu pengetahuan karya ini menjadi kajian ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi lembaga pendidikan. Lebih penting lagi secara substansial dan esensial kesatuan yang kami uraikan dari disertasi ini adalah benar- benar terwujud menjawabi kerinduan seluruh masyarakat yang diharapkan ada kesatuan dalam hidup masyarakat dan bangsa ini,” ucap Pater Markus sambil jelaskan rasa kebahagian dari moment tersebut.

Tentang muatan materi disertasi Kesatuan Fedhi Legi dalam Perspektif Injil Yohanes sebagaimana telah diberitakan media ini sehari sebelum ujian terbuka itu.

Pater Markus juga menegaskan, jika disertasinya diakui sebagai teori ajaran gereja dalam hal antropologi eksegetis sebagaimana disampaikan Dr. George Neonbasu maka semoga disertasinya itu bisa menjadi teori yang dapat digunakan dan terwujud bagi masyarakat, gereja dan para antropolog.

Muatan disertasi P. Makus Ture, OCD secara garis besarnya, telah diberitakan media ini Senin (26/7/2021),

sehari sebelum diselenggarkannya ujian terbuka disertasi program doktoral di IAKN Naimata, Kupang.

Digambarkannya, untuk menyandang gelar tersebut akan dilalui dengan presentasi hasil karya penelitian selama studi yang dilakukannya di kampung Bhela, Ladolima Utara, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, Flores.

” Ya sesuai mekanisme proses studi formal untuk mencapai S3 atau gelar doktor tulisan disertasi wajib hukumnya dipertanggungjawabkan dalam ujian. Proses pertanggungjawaban disertasi akan kami lakukan dihadapan para guru besar melalui pesentasi hasil penelitian kualitatif dengan judul: KESATUAN DALAM FEDHI LEGI PERSPEKTIF INJIL YOHANES, ” ungkap Pater Markus dirilisnya.

Biarawan OCD Kupang itu menguraikan kajian disertasinya berdasarkan judul tersebut seperti berikut.

“Kami menggunakan kajian baru, yaitu antropologi eksegetis di bawah terang Injil Yohanes 17:20-23, untuk menganalisis Fedhi Legi, terkhusus pada tema kesatuan. Sebagaimana lazim dalam karya eksegese, peneliti menarik keluar makna tersembunyi dalamnya fedhi melalui berbagai tahapan analisis,” tulis beliau.

Dalam uraian analisis, Doktor Markus Ture memaparkan beberapa analisis karyanya itu.

“Ada analisis konteks dan historis yang mengaplikasikan pendekatan emik dalam antropologi. Ada analisis struktural teks, morfologis dan semantikal, gramatikal dan leksikal serta juga analisis symbol dan metafora,”ulasnya.

Menurut Pater Markus, dengan jalan atau metodologi ini peneliti memberi simpulan bahwa ada korelasi makna, kemiripan tema, sinonimitas simbol, kekayaan teknik ekspresi dan sangat banyak elemen menarik dalam doa Yesus yang terlihat dalam fedhi legi mencerminkan pandangan teologi, antropologi dan kosmologi yang mendalam. Semakin difokuskan pada ananlisis tema kesatuan, peneliti menampilkan konklusi multi dimensi, sebagai eksplisitasi kedalaman nilai untuk diwariskan dan dikembangkan demi keharmonisan hidup umat manusia, baik lokal maupun global.

Lebih jauh Pater Doktor Teologi asal Mundemi, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores itu menjelaskan, “Analisis atas ajektif numerikal ἓν (dari ἵνα πάντες ἓν ὦσιν) dalam konsep Yunani dan esa (dari kolo sa toko dan tali sa tebu) dalam pemahaman masyarakat adat Bhela serta seluruh analisis atas konsep dan simbolisasi verbal dan tata aksi dalam doa Yesus serta fedhi legi kini dideskripsikan dalam dimensi-dimensi. Ada 6 dimensi hasil refleksinya sebagai peneliti atas kajian atau analisa data dan fakta secara antropologi eksegetis yang berhubungan dengan persatuan dan kesatuan, seperti diekspresikan dalam fedhi legi dan doa Yesus.”

Dijelaskannya pula, dengan ini enam dimensi eksegetis sebagai metode penemuan makna atas konsep dalam fedhi dan doa Yesus mencapai sasarannya.

Aplikasi dimensi eksegetis dalam penggalian dan penemuan makna tutur, dan tindakan semakin berdaya guna atau efektif, ketika ruang refleksi budi mampu membangun dan menyusun kebaruan konsep di atas pilar fakta dan data-data.

Sebagai peneliti dari disertasinya Pater Markus merilis bagian berikut sebagai kebaruan konsep yang ditawarkannya dan implementasi refleksi atas doa Yesus dan fedhi legi.

Dalam konteks ini, Pater sebagai peneliti menggambarkan dimensi-dimensi itu sebagai berikut:

Pertama, Dimensi Teologis. Dimensi Teologis di sini tidak dimaksudkan untuk membuktikan eksistensi Yang Ilahi, karena dengan memanjatkan doa kepadaNya, tampak jelas keyakinan akan eksistensi Yang Ilahi, baik oleh Yesus maupun masyarakat Bhela.

Dalam tataran diskursus teologi, kesatuan memiliki ciri khasnya bahwa kesatuan itu berasal dari Allah, terjadi di dalam dan dengan Allah, bermodelkan pada Allah, dan merupakan anugerah kepada manusia. Kesatuan itu menjadi kesaksian bagi keberlanjutan kehidupan komunitas.

Dijelaskan lebih lanjut, bahwa dalam fedhi legi, Eksistensi kesatuan ilahi sangat eviden dalam balutan metafora dan paralelisme membrorum fedhi legi yang mengindikasikan dimensi kesatuan ilahi sebagai Allah yang melingkupi. Ini nyata dalam ungkapan Dewa Yeta-Gaè Yale, Miu ta mata ulu, eè loè, atau juga meya papa daa (living in the light) dan “miu mutu sai mumu, miu pebhu sai seyu” yang berarti kamu bicarakanlah bersama, sepakatlah dalam kata. Dengan partikel komparatif καθώς dalam doa Yesus, dan partikel teknis examplaritas: bhila dalam fedhi legi, mau ditampilakn bahwa kesatuan itu bersumber dan bermodelkan pada yang ilahi. Dalam tataran teologis, karakteristik kesatuan ilahi mencakup kesatuan dalam cinta, kesatuan dalam kehendak, kesatuan dalam kemuliaan, kesatuan dalam pengetahuan dan kesatuan dalam misi.

Kedua, Dimensi Antropologis. Dalam doa yang dipanjatkan Yesus dengan harapan akan kesatuan para muridNya sungguh menyiratkan karakteristik antropologis yang kaya, teristimewa menyangkut relasiNya yang bersifat vertikal dan horisontal, mengarah kepada Yang Ilahi juga yang insani. Karakteristik relasi dua arah ini juga terkandung dalam fedhi legi pada masyarakat Bhela. Di dalam kedua doa dengan nilai kesatuan yang solid, yang mengarah pada yang ilahi di dalam kenyataan insani serta berorientasi antisipatoris yaitu mengantisipasi masa depan dengan persiapan masa kini.

Ketiga, Dimensi Sosiologis. Menurut Doktor Markus, doa manusia sebagai salah satu bentuk komunikasi dengan Yang Ilahi juga mengekspresikan ciri khas sosialitas manusia. Dalam konteks doa Yesus untuk kesatuan para muridNya, serta harapan akan kolo sa toko, tali sa tebu dalam fedhi legi di Bhela, tereksplisit dimensi sosiologis yang kental. Dimensi ini berhubungan erat dengan persekutuan, keharmonisan, dan kesatuan sebagai praksis iman yang didoakan. Beberapa elemen konstitutif yang membentuk dan menjamin kelangsungan relasi sosial manusia adalah kebenaran, keadilan, kejujuran, kepedulian dan kasih.

Keempat, Dimensi Kosmologis. Dimensi kosmologis dengan mereferensi dari pandangan P. Gregor Neonbasu SVD, PhD, bahwa fakta pentingnya keharmonisan kosmologis merupakan keharmonisan relasi dalam tataran kosmologis sungguh bersifat integral, yang mencakup makro kosmos dan mikro kosmos. Kunci keharmonisan kosmologi adalah menjaga keharmonisan relasi dengan alam, sesama dan dengan Yang Ilahi.

Kelima, Dimensi Eskatologis. Dimensi eskatologis ini menyangkut iman dan harapan akan kehidupan yang berlanjut setelah kehidupan di dunia sekarang ini. Kesatuan yang dimohonkan Yesus tidak hanya menyangkut realitas hidup di dunia ini, melainkan semoga terpenuhi secara paripurna dalam Bapa yang kekal, (Yoh 17:24).

Di dalam fedhi legi, para leluhur Bhela diyakini meya papa daa (tinggal di terang) di Saò Eda, yaitu rumah untuk mengenangkan terang. Kelanjutan hidup manusia adalah bahwa mereka akan tinggal di terang di rumah terang.

Keenam, Dimensi Soteriologis. Kajian soteriologis atas Injil Yohanes dan fedhi legi memperlihatkan, bahwa keselamatan itu berasal dari Allah. Cakupan keselamatan itu berkarakter hoslistik dan integral, lahiriah dan bathiniah atau material dan spiritual. Menyangkut waktu, keselamatan itu mulai sekarang dan terus berlangsung di masa depan. Menyangkut tempat, keselamatan itu diharapkan terjadi di segala tempat kehidupan.*(bungmarmin)

Galeri syukuran sederhana & ujian terbuka tesis doktoral P. Markus Ture, OCD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.