Teresiana: “VI PURI BATIN 4.4”

“Dalam keadaan ini saya kira jiwa sadar tentang hal-hal yang ilahi dan memiliki pengetahuan yang lebih jelas mengenai Sri Baginda” 
(VI Puri Batin 4.4)


Hal yang berusaha dijelaskan oleh St. Teresa dan hal yang berusaha kita mengerti adalah jawaban terhadap pertanyaan: “Apa yang terjadi saat jiwa dibawa?” Santa Teresa menjelaskan tentang hal itu dan tentang hal yang bukan merupakan pengalaman transport yang mungkin dimiliki oleh beberapa orang.
 
Hal pertama yang dikatakan oleh St. Teresa tentang pengalaman-pengalaman ini adalah, “Kemudian kamu akan melihat hal yang diperbuat oleh Sri Baginda untuk menutup pertunangan ini, yang saya mengerti bahwa untuk maksud ini Dia memberikan pesona ilahi yang menghentikan pekerjaan panca indra.” (VI Puri Batin 4.2). Di dalam kalimat ini ada dua hal tentang pengalaman transport: ada penegasan tentang pertunangan rohani antara Allah dan jiwa dan transport—keadaan saat jiwa ditarik dari indra-indranya—yang adalah suatu pengalaman yang dilakukan oleh Allah.
 
Pengalaman tersebut seperti pengalaman “keluar dari tubuh” secara rohani. Ada beberapa pengalaman palsu tentang hal yang sama karena lemahnya daya khayal. Pengalaman itu tampaknya bukan merupakan pengalaman yang nikmat atau menyenangkan karena St. Teresa mengatakan. “…saya berkata kepadamu bahwa perlu keberanian lebih daripada yang kamu kira. Kodrat kita begitu memalukan dan hina saat bertemu sesuatu yang begitu besar, dan saya yakin bahwa jika Allah tidak memberi keberanian, betapapun banyaknya rahmat yang kamu lihat baik bagi kita, akan mustahil bagimu untuk menerima anugerah ini.” (VI Puri Batin 4.2).
 
Diperlukan keberanian, bukan keberanian manusiawi, tetapi keberanian yang diberikan oleh Allah—rahmat keberanian untuk memiliki pengalaman ini.
 
Pengalaman transport tidak hanya terjadi di dalam doa. Santa Teresa mengatakan bahwa jiwa bisa mengingat sesuatu selagi melakukan sesuatu yang lain atau hanya mendengar satu kata dan Allah yang tinggal di dalamnya menggunakan kejadian itu untuk menyalakan pengalaman transport. Tidak ada orang yang mengerti peristiwa yang sedang terjadi selain jiwa sendiri. Selain itu, untuk mengulang hal yang telah saya katakan, pengalaman ini bukan pengalaman yang nikmat. Pengalaman ini menyakitkan. Tetapi pengalaman ini bukan pengalaman yang menyedihkan. Ini pengalaman cinta.
 
Jiwa mengetahui peristiwa yang sedang terjadi dan menyadari bahwa Allah yang sedang melakukannya. “Tetapi, jiwa tidak memiliki pemahaman batiniah, karena pengalaman ini tidak seperti pingsan atau tertawa terbahak-bahak; dalam hal ini tidak ada yang dimengerti secara lahiriah maupun batiniah.” (VI Puri Batin 4.3).
 
 “Dalam keadaan ini saya kira jiwa sadar tentang hal-hal yang ilahi dan memiliki pengetahuan yang lebih jelas mengenai Sri Baginda.” (VI Puri Batin 4.4). Jiwa belajar melalui suatu jalan yang sangat dalam, tetapi bukanlah pengetahuan yang menjadi buah dari pembelajaran. Sama seperti pengalaman diberikan, bukan diminta, demikian juga pengetahuan itu diberikan, bukan dipelajari.
 
 “Jiwa dapat menceritakannya kemudian, karena hal itu tetap sangat berkesan di dalam ingatan sehingga tidak pernah bisa dilupakan.” (VI Puri Batin 4.5). Lagi, St. Teresa menyebutkan kehadiran “penglihatan budi” tanpa menjelaskannya dengan mengatakan bahwa ia akan berbicara tentang hal itu nanti.
 
Hal yang paling jelas tentang pengalaman “keluar dari tubuh” rohani ini adalah terjadi komunikasi langsung dari Allah kepada jiwa. Komunikasi itu begitu konkret dan misterius sehingga “…walaupun tidak terungkapkan, tetap tertera sangat kuat di dalam lubuk jiwanya dan tidak pernah terlupakan.” (VI Puri Batin 4.6)

P. Aloysius Deeney, OCD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.