ARTIKEL

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perayaan Ekaristi

Oleh: Dominikus Bosu Klau

Mahasiswa Semester 8 – Fakultas Filsafat – UNWIRA

KKN-PPM 2021

Abstraksi

Pada saat ini dunia diperhadapkan dengan suatu masalah besar, wabah Virus Covid-19. Dunia seolah-olah terdiam tidak angkat bicara terhadap ‘ulah’ wabah covid-19 yang mengobrak-abrik seluruh tatanan kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang telah mapan kini berubah. Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan dari setiap orang untuk mengetahui apa sebab semuanya ini. Berbagai jawaban bermunculan dari masing-masing orang dengan latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang berbeda-beda namun saat ini tidak ada satu jawaban pun yang pasti dan meyakinkan bahwa ini atau itu penyebabnya.

Salah satu yang terkena dampak dari wabah virus corona adalah hidup keagamaan. Lebih khusus hidup keagamaan orang-orang Kristen Katolik. Dengan adanya virus covid-19 pelayanan keagamaan (perayaan Ekaristi) dibatasi. Sehingga Perayaan Ekaristi yang sebelumnya dilakukan secara langsung kini berubah. Perayaan Ekaristi dilakukan secara online dengan tujuan memutuskan mata rantai penyebaran virus covid-19.

Kata Kunci: Perayaan Ekaristi di masa pandemi covid-19

Pendahuluan

Sejak akhir Desember 2019 salah satu masalah besar yang di hadapi manusia di dunia adalah wabah virus corona. Corona adalah salah satu jenis virus dari sekian banyak virus yang ada. Virus ini sangat berbahaya karena mengancam kehidupan manusia. Siapa saja dapat terinfeksi virus ini. Pada awal Desember 2019 hingga Februari 2021 saat ini Virus Corona yang awalnya hanya terjadi di kota Wuhan, kini berkembang dan menyebar di berbagai negara termasuk Indonesia. Untuk Indonesia sendiri menurut Kompas Com pada 2 Maret 2020, untuk pertama kali pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif covid-19 di Indonesia. Namun pakar Epidemiologi Universitas (UI) Pandu Riono menyebut virus corona jenis SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19 itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari.

Sejak masuknya covid-19 ke Indonesia berbagai penanggulangan dilakukan pemerintah, untuk meredam dampaknya di berbagai sektor. Tidak hanya di sektor kesehatan dan  ekonomi tetapi juga aktivitas keagamaan mengalami dampak serius  dari pandemi tersebut. Cara paling ampuh dalam pencegahannya adalah pembatasan aktivitas masyarakat. Ini berlaku di semua sektor.

Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) tidak luput juga dari wabah ini. Dampaknya pun kian hari semakin meningkat. Pemerintah Provinsi NTT, mengambil langkah pencegahan secara tegas dengan menghimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di luar rumah. Penerapan Sosial distancing dan isolasi diri di rumah merupakan langkah untuk meredam dampak dari penularan virus corona. Sosial distancing (Pembatasan sosial), adalah serangkaian tindakan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular ini. Tujuan dari pembatasan sosial ini adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang yang terinfeksi penyakit dengan orang yang tidak terinfeksi. Sehingga dapat meminimalisir penularan virus covid-19.

Bentuk-bentuk sosial distancing (Pembatasan sosial) seperti; penutupan tempat kerja, penutupan sekolah, penutupan tempat peribadatan, isolasi, karantina, membatasi transportasi umum, pembatasan aktivitas di pasar dan lain sebagainya.

Pembahasan

Pada dasarnya manusia memiliki dambaan untuk hidup dan berelasi secara intim dengan Allah. Sikap untuk semakin intim dengan Allah dapat dicapai melalui kegiatan kerohanian seperti doa pribadi, devosi, meditasi dan secara istimewa Perayaan Ekaristi. “Di dalam Perayaan Ekaristi, seluruh misteri kehidupan Allah bersama manusia, yang mengalami kepenuhan-Nya dalam Kristus dirayakan dan dihadirkan bagi umat beriman”.

Ekaristi adalah sakramen utama dalam Gereja. Dalam Ekaristi umat Kristen Katolik merayakan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dalam rupa roti dan anggur. Dalam Gereja Katolik, kesatuan ditampakkan, salah satunya dalam kesepakatan bersama mengenai Ekaristi yang mencirikan Gereja seluas dunia. Yang dimaksud Gereja seluas dunia adalah keterlibatan personal dari masing-masing orang beriman, bagaimana pun Ekaristi adalah milik bersama. Sehingga setiap orang beriman baik imam maupun awam sudah semestinya mengenal pokok-pokok mendasar tentang Ekaristi baik aspek Teologis, Yuridis maupun Pastoral.

Pada masa pemdemi covid-19 Perayaan Ekaristi sebagai perjumpaan antara Allah dan manusia kini dibatasi. Dalam arti bahwa Perayaan Ekaristi yang sebelumnya terjadi secara langsung dirayakan di gereja, kapela atau pun di rumah yang melibatkan banyak orang saat ini berubah. Perayaan Ekaristi kini di lakukan secara online, berlangsung di rumah dan melibatkan sedikit orang (orang rumah). Hal ini dilakukan sebagai salah satu  bentuk ketaatan dari pihak Gereja terhadap peraturan dari perintah dan lebih dari itu sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap terancamnya kehidupan manusia akibat pandemi Covid-19. Ini langkah yang diambil pemerintah dan juga dari pihak Gereja untuk memutuskan mata rantai Covid-19. 

Arti dan Pengertian Kata “Ekaristi”

Istilah “Ekaristi” berasal dari kata Yunani “eucharistia”, yang merupakan terjemahan untuk kata Yahudi “berakah”, yakni puji syukur dan permohonan atas karya penyelamatan Allah. Ekaristi juga merupakan ibadat terpenting berupa doa khusus umat Kristiani, Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam rupa roti dan anggur (Luk. 22:19). Puncak liturgi adalah Ekaristi. Pada intinya istilah Ekaristi menunjuk dengan bagus isi dari apa yang dirayakan dalam seluruh, perayaan Ekaristi. Kata Ekaristi yang mengungkapkan puji dan syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus, sebagaimana berpuncak dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus dengan puji syukur itu Gereja mengenangkan dalam arti menghadirkan misteri penebusan Kristus itu sekarang ini dan disini.

Dampak Covid-19 Terhadap Perayaan Ekaristi

Pada masa pandemi covid-19 hasil yang paling dramatis adalah perpindahan yang sangat cepat dari layanan keagamaan lebih khusus layanan Perayaan Ekaristi bagi orang-orang Kristen Katolik dari Perayaan Ekaristi tatap muka beralih kepada online. Pada saat ini Gereja telah menggunakan berbagai metode komunikasi untuk menjangkau orang-orang Kristen Katolik yang ingin merayakan Ekaristi secara online. Gereja telah berjuang untuk melayani kerinduan umat yang hendak merayakan Ekaristi sehingga Gereja menggunakan alat-alat komunikasi seperti TV, radio, dan media online lainnya untuk melayani umat Kristiani. Pembatasan pelayanan ekaristi secara langsung saat ini adalah salah satu gangguan mendadak yang dialami oleh orang-orang Kristen Katolik akibat  Pandemi covid-19.

Perayaan Ekaristi pada saat ini tidak di izinkan karena ini merupakan kegiatan keagaman yang bersifat mengumpulkan banyak orang yang akan mengakibatkan meningkatnya virus covid-19. Alasannya, karena di sana terjadi interaksi atau kontak fisik secara langsung. Meskipun demikian Perayaan Ekaristi secara online tetap dilakukan dengan menggunakan media sosial yang ada untuk menyiarkan Perayaan Ekaristi yang terjadi di Gereja. Sehingga kerinduan umat akan Perayaan Ekaristi terpenuhi.

Ekaristi dirayakan oleh Gereja berdasarkan pengalaman iman Gereja akan Tuhan Yesus Kristus. Secara monumental penetapan Ekaristi memang dilakukan oleh Yesus sendiri pada perjamuan malam terakhir. Namun, penetapan Ekaristi oleh Yesus pada perjamuan malam terakhir itu tidak bisa dilepas dari seluruh kerangka hidup, karya, dan perutusan Yesus. Seluruh hidup dan karya Yesus hanyalah tertuju pada Allah. Secara eksplisit Yesus menetapkan suatu perayaan kenangan akan Diri-Nya dalam perjamuan malam terakhir. Lukas dan Paulus menuliskan Ekaristi sebagai perbuatan guna memperingati Aku! (Luk. 22:19: 1 Kor. 11:24, 25), pernyataan tersebut dipandang oleh Gereja dan Teologi sebagai perintah Tuhan. Perjamuan malam terakhir merupakan peristiwa teramat penting bagi pembahasan Ekaristi Gereja. Perayaan Ekaristi Gereja bukan hanya memiliki hubungan historis dengan perjamuan malam terakhir, tetapi juga hubungan batin baik dalam arti teologis maupun liturgis, yang tak terpisahkan.

Ekaristi mau mengungkapkan pujian dan syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus sebagaimana berpuncak pada peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus serta kenangan perjamuan malam terakhir yang dilakukan oleh Kristus bersama dengan murid-muridNya. Perayaan Ekaristi juga menjadi pusat bagi umat beriman Kristiani untuk seutuhnya berjumpa dengan Kristus melalui imam yang pada saat sedang mempersembahkan Ekaristi. Sebab ketika perayaan Ekaristi berlangsung, Kristus Tuhan dihadirkan, dikurban dan disantap sebagai lambang akan kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan. Melalui Ekaristi Gereja meneruskan misi dan pelayanan Kristus, yaitu keselamatan umat manusia dan pembangunan Kerajaan Allah di dunia. Sedangkan semua bentuk yang ada dalam Gereja merupakan antisipasi dalam pelayanan dan misi Gereja (bdk. SC 11). Salah satu bentuk pelayanan Gereja adalah pelayanan pastoral.

Ekaristi yang menjadi pusat bagi umat beriman Kristiani untuk seutuhnya berjumpa dengan Kristus karena ketika Perayaan Ekaristi berlangsung, Kristus Tuhan dihadirkan, dikurbankan dan disantap sebagai lambang akan kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, kini tidak terlaksana. Pandemi covid-19 yang sangat mengancam kehidupan manusia, membuat manusia melakukan segala aktivitas dengan penuh hati-hati guna mempertahankan hidupnya. Aktivitas keagamaan dalam hal ini perayaan Ekaristi yang menjadi perayaan bersama umat Kristen Katolik kini berubah, perayaan hanya dilakukan di rumah secara online. Ini kemudian berakibat pada kurangnya pemaknaan terhadap Ekaristi sebagai perjumpaan antara Allah dan manusia.

Penutup

Pandemi Covid-19 yang semakin berkembang dan meraja-lelah di dunia termasuk Indonesia, memaksakan manusia terus berpikir untuk menghentikan penyebaran virus ini. Solusi lockdown, bahkan yang lebih ramah, sosial distancing merupakan salah satu bentuk solusi yang ditawarkan pemerintah  untuk  keamanan bagi masyarakat terhadap serangan covid-19. Solusi ini ditawarkan oleh pemerintah untuk keamanan manusia secara lebih efektif. Lockdown, karantina mandiri atau sukarela, perlu dilakukan masyarakat untuk meredam Covid-19. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah tentang segala kegiatan dilakukan di rumah terutama kegiatan keagamaan di masa pandemi ini memang satu hal yang sulit.

Bagi mereka yang mempunyai keahlian dalam melakukan segala kegiatan secara online termasuk kegiatan ibadat di masa pandemi ini tidak akan mengalami kesulitan tetapi bagi masyarakat yang tidak memiliki keahlian dalam bekerja atau melaksanakan ibadat secara online mereka akan mengalami kesulitan.  

Sumber Referensi:

Martasudjita, Spiritual Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal. 266

Martasudjita, Ekaristi Tujuan Teologis, Liturgis dan Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hal. 28

Prasetyantha. Y.B, Ekaristi Dalam Kehidupan Kita, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hal. 11-13

ARTIKEL 2

PELUANG BERKREATIVITAS DI MASA PANDEMI SERTA UPAYA PENCEGAHAN COVID-19

Oleh: Fortunatus Nikolaus Lakus

Mahasiswa Semester 8 – Fakultas Filsafat – UNWIRA

KKN-PPM 2021

Abstraksi

Mendorong pengembangan potensi manusia pada kondisi yang sedang terpuruk bukanlah hal yang mudah. Juga bukan yang tersulit. Terbukti bahwa ada tipe manusia yang dalam keterpurukan mampu mengaktualisasikan potensi atau bakat yang terpendam dengan sangat optimal. Salah satu contohnya, ketika situasi yang mendesak seperti Covid-19 sekarang ini tidak hanya membuat manusia berpikir secara biasa, tetapi secara luar biasa. Dimana manusia menggunakan kemampuan otaknya yang terbaik agar dapat berinovasi dan berkreasi mengembangkan daya-daya diri termasuk dalam mempertahankan hidupnya. Dengan begitu terbentuklah mindset bahwa segala sesuatu dapat dilakukan walau kesulitan menghadang seperti wabah virus covid-19. Ternyata, kegiatan kreatif adalah salah satu cara efektif orang bertahan dalam kesulitan hidup.   

Pendahuluan

Situasi pandemi covid-19 telah menjadi masalah yang sangat penting. Berbagai dampak terjadi terhadap manusia, dan seluruh kehidupannya. Dampak yang paling besar dalam pandemi Covid-19 ini ialah masalah ekonomi. Badan Pusat statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi RI secara komulatif Januari-Desember 2020 minus 2,07% (KOMPAS Rabu,10 Februari 2021). Melihat hal demikian pemerintah melakukan strategi pemerataan ekonomi PDB (produk domestik bruto) sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi. Selain itu, situasi ekonomi terus melanda masyarakat domestik dalam menghidupi keluarga mereka. Dimana, pendapatan dari hasil jualan mengalami devisit dalam masa pandemi ini, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya keadaan lebih baik. Seperti halnya para petani, mengalami kendala dalam pembelian pupuk, dikarenakan harga pasaran naik diakibatkan oleh masa pandemi ini. Begitu pula  peternak, pengusaha hasil bumi, dan lain-lain. Dampak Covid-19 tidak saja menyasar di bidang pertanian dan peternakan tetapi juga dampaknya dirasakan oleh para pelaku usaha industri yang mengakibatkan adanya pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja.

Berdasarkan masalah tersebut, apa yang harus dilihat sebagai peluang baru dalam merajut kembali sesuatu yang sudah terputus atau dianggap gagal. Sesuatu yang terputus itu ialah masalah yang sedang terjadi di masa pandemi ini. Dengan apa? Tentu dengan kreativitas dalam mencari peluang kerja yang diciptakan sendiri. Karena kreativitas sebagai amunisi untuk melihat segala kemungkinan-kemungkinan yang bisa diraih, serta sebagai alaram di masa yang akan datang.

Pembahasan

Dalam pembahasan ini penulis akan mengulas tentang asal-mula Covid-19, penularannya, obat antibiotik dan pencegahannya, dan di samping itu juga penulis ingin bekerja sama dengan pembaca untuk melihat peluang-peluang yang memungkinkan agar bertahan hidup. Bertahan hidup yang dimaksudkan oleh penulis adalah  untuk tidak gampang menyerah dengan situasi pandemi yang membatasi pergerakan kita, mengurangi kecemasan akan bahaya virus ini terutama kecemasan akan makanan, kecemasan secara finansial yang mana dilihat sebagai kebutuhan setiap hari dan demi menunjang kehidupan. Dan tidak takut kalau suatu saat kita terkena virus ini, kita sudah menjadi manusia yang berguna, dan menjadi pahlawan bagi keluarga kita.

Asal-mula Munculnya Virus Corona

Virus Corona (CoV) merupakan famili virus yang menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-SoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Pada 11 Februari 2020, WHO mengumumkan nama virus Corona jenis baru tersebut adalah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Masa inkubasi dapat bervariasi antar pasien, yaitu 2-14 hari setelah terpapar virus berdasarkan periode inkubasi yang ditunjukkan sebelumnya pada virus MERS. Masa inkubasi 24 hari telah diamati dalam penelitian terbaru. WHO mengatakan periode inkubasi yang panjang dapat mencerminkan paparan ganda Corona virus. Menurut laporan terbaru, ada kemungkinan orang yang terinfeksi Covid-19 dapat menular sebelum menunjukkan gejala yang signifikan. Dan beberapa penyidik mengkaji dugaan virus covid-19 masuk melalui produk hewan yang dibekukan, termasuk hewan liar yang dibudidayakan.

Penularan Virus Corona

Penularan dari orang ke orang diperkirakan terjadi melalui droplet ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, mirip dengan bagaimana influenza dan patogen pernapasan lainnya yang dapat terhirup ke dalam paru-paru. Penularan Covid-19 dapat juga terjadi dengan menyentuh permukaan atau objek yang memiliki virus di atasnya dan kemudian orang tersebut menyentuh mulut, hidung, atau mungkin mata mereka sendiri.

Adakah Antibiotik Untuk Mencegah dan Mengobati Covid-19?

Antibiotik tidak bekerja melawan virus. Antibiotik digunakan hanya untuk melawan bakteri. Antibiotik tidak boleh digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan infeksi virus. Namun, antibiotik akan diberikan karena infeksi sekunder bakteri mungkin terjadi saat pasien tersebut dirawat di rumah sakit.

Pencegahan Penularan Covid-19

Pencegahan yang bisa kita lakukan untuk mengurangi penyebaran virus corona, yakni: Cuci tangan selama 20 detik dengan sabun dan air mengalir sesuai dengan standar WHO; Hindari kerumunan/keramaian; Jaga posisi jarak dengan orang lain; Hindari melakukan kontak langsung dengan orang yang sakit; Konsumsi secara rutin vitamin yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat sehat dan mempercepat penyembuhan saat sedang sakit; Gunakan masker saat keluar rumah; serta membersihkan dan mendisinfeksi secara berkala barang-barang yang sering disentuh.

Kegiatan Kreatif di Masa Pandemi Covid-19

Covid-19 mengharuskan manusia untuk tidak berdiam diri saja dalam mempertahankan hidup mereka. Peradaban yang baru dan menjadi babak awal membuka horizon manusia akan hal-hal yang dulunya tidak mungkin menjadi mungkin, hal yang berat menjadi mudah. Pandemi Covid-19 membuat kita tinggal dan beraktivitas di rumah saja. “New normal” menjadi alternatif dan strategi untuk bangkit karena kehidupan tetap harus berjalan. Dalam situasi ketidakpastian ini, kegiatan kreatif merupakan salah satu alternatif penting. Kreativitas ini bisa mambawakan pundi-pundi uang tanpa harus berkeringat berkeliling mencari pelanggan. Seperti halnya pemanfaatan teknologi canggih secara online. Teknologi menjadi sarana menjual atau mempromosikan buah karya tangan yang akan dijual kepada pelanggan.

Dengan adanya pandemi covid-19 ini orang mulai berpikir tentang dunia sekitarnya, menyadari eksistensi sekarang dan di mana ia berpijak yaitu di atas muka bumi ini. Oleh karena itu, kreativitas harus dimunculkan dari setiap orang, seperti kegiatan yang  dilakukan mahasiwa KKN-PPM di tahun 2021. Kegiatan itu antara lain: membersihkan lingkungan. Penanaman pohon, sebagai bentuk usaha manusia untuk menjaga kelestarian alam. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu mengikuti gerakan 3M: mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker. Menanam sayur di kebun atau pun melakukan kerja tangan lainnya yang bisa menunjang perekonomian rumah tangga di masa pandemi ini. Kita harus kreatif dalam masa-masa sulit ini, agar kehidupan kita terus berjalan dengan baik. Covid-19 memang merupakan virus yang mematikan, tapi tidak harus mematikan potensi-potensi diri setiap individu yang masih berjuang untuk mempertahan hidupnya.

Penutup         

Disadari atau tidak hidup yang relatif singkat tidak akan menyurutkan manusia pada suatu dimensi kepasrahan pada hidup. Artinya melawan ketakutan bahwa saya akan kehilangan ini dan itu, tetapi menikmati hidup dengan perspektif bahwa semua yang dilakukan adalah demi kebahagiaan. Walaupun corona merenggut banyak hal dalam hidup, tetapi apa yang bisa kita berikan kepada orang lain sebagai pembuka jalan melalui daya-daya kreatif kita yang bisa kita sumbangkan kepada sesama dan bumi. Di sini kita harus keluar dari zona nyaman. Kita maju bersama dalam menikmati hidup dan terus berjuang untuk memerangi penyebaran serta penularan virus corona.   

Sumber

Kompas :Rabu, 10/02/ 2021

Majalah Sadhana: Melibatkan, Mengembangakan, dan Mencerdaskan; Edisi 279 Tahun 2020