Ayo Bekerja…!!!
(Pandemi Covid-19 Menjadi Kesempatan Berkreativitas)
Oleh: Silvester Deu
Mahasiswa Semester VIII – Fakultas Filsafat – UNWIRA KKN-PPM 2021
Mencari kerja merupakan hal yang tak mudah, terlebih di tengah situasi perekonomian tanah air yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19. Kondisi tersebut menjadi tantangan baru bagi saya dan juga bagi pembaca sekalian (masyarakat) untuk meraih peluang kerja di saat pandemi. Berkreativitas adalah momentum yang tepat untuk bertahan hidup dalam situasi ini.
Bekerja merupakan salah satu kebutuhan sekaligus kewajiban kita selama hidup. Bekerja mempunyai tujuan luhur agar kita mampu menghidupi diri sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Dengan bekerja, kita mempunyai penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun keluarga atau komunitas. Pada saat bersamaan, kita juga dapat membantu kebutuhan orang lain. Singkatnya, kerja adalah bagian sentral di dalam kehidupan manusia. Dengan pikiran dan tubuhnya, manusia mengorganisir pekerjaan, membuat benda-benda yang dapat membantu memudahkan pekerjaan tersebut, dan menentukan tujuan akhir dari kerjanya. Dapat juga dikatakan bahwa kerja merupakan aktivitas yang unik.
Kerja bukan lagi merupakan fenomena universal manusia saja, tetapi juga kerja yang melibatkan pekerja-pekerja tangan ataupun pekerja pengetahuan (knowledge worker). Pekerja tangan adalah orang yang bekerja dengan keterampilan praktis. Sementara pekerja pengetahuan adalah pekerja yang tidak hanya membutuhkan keterampilan praktis, tetapi juga pekerja yang melibatkan konsep abstrak. Yang pasti kerja (work) dan bekerja (working) adalah dua hal yang berbeda. Pekerja (worker) adalah penghasil kerja (work), dan kegiatan menghasilkan kerja itu disebut sebagai bekerja (working). Dalam hal ini setiap pekerja haruslah ditata dalam organisasi yang setidaknya mampu mewujudkan dua hal, yakni mencapai produktivitas kerja yang dibutuhkan organisasi, dan memperoleh kepuasan personal melalui kerjanya.
Kerja adalah sesuatu yang sifatnya impersonal dan obyektif, dalam arti ini kerja adalah tugas dan tanggung jawab. Untuk bekerja berarti orang menerapkan logika dan aturan yang berguna untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam kerja ada logika yang membutuhkan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, dan mengontrol proses.
Para pekerja yang juga berarti setiap manusia perlu untuk memahami prinsip dasar kerja dalam suatu urutan yang logis, seimbang, dan rasional. Hal ini tidak hanya berlaku untuk kerja yang menghasilkan barang materi, tetapi juga para pekerja kreatif dan pekerja pengetahuan yang lebih menghasilkan konsep. Dengan memahami konsep kerja yang benar maka orang akan mamahami betapa penting dan berharganya pekerjaan yang ia miliki. Bekerja tidak hanya semata-mata demi uang, tetapi juga panggilan hidup, suara hati, pelayanan dan pengabdian kepada semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, termasuk konsumen, masyarakat, bangsa dan negara.
Betapa berartinya pekerjaan dalam kehidupan sehingga dalam agama manapun sangat mengapresiasi orang yang bekerja dengan baik, semangat, jujur, tabah, sabar dan selalu kreatif mencari solusi manakala menghadapi kesulitan. Oleh karena itu, setiap orang dapat memberi makna kerja untuk kehidupan pribadi, keluarga, komunitas ataupun korporasi tempat dia bekerja. Yang pasti dengan bekerja orang akan mampu mengemban tanggung jawab ekonomi keluarga dan beraktivitas sosial secara sehat dan bermartabat, oleh karenanya berilah makna terbaik dalam pekerjaan kita agar kita memiliki prinsip, pendirian dan sikap terbaik dalam menghadapi berbagai dinamika kehidupan.
Meningkatkan Etos Kerja:
Etos kerja diperlukan setiap saat, agar produktivitas kerja optimal. Pertanyaannya, bagaimana cara menjaga dan meningkatkan etos kerja di masa pandemi ini? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, maknai kerja sebagai rahmat yang patut disyukuri. Caranya, lakukan yang terbaik sesuai tugasnya. Kedua, kerja adalah amanah, baik dari pimpinan, keluarga, maupun Sang Pencipta. Maka, etos kerja harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Ketiga, kerja merupakan panggilan jiwa. Ketika bekerja merupakan panggilan jiwa dan dilandasi semangat pengabdian, maka akan muncul motivasi yang mendorong untuk bekerja dengan tuntas dan penuh integritas. Keempat, kerja sebagai aktualisasi diri. Bekerja adalah cara manusia mempertahankan jati dirinya, memenuhi kebutuhan lahiriahnya. Kerja juga sarana mengaktualisasikan potensi diri dengan penuh semangat. Kelima, kerja adalah ibadah. Ketika kerja dilandasi semangat beribadah, maka setiap gerak dan langkah akan dicatat sebagai kebaikan. Karena itu, bekerjalah dengan serius sesuai profesi masing-masing. Keenam, kerja merupakan seni. Bekerja juga menuntut kreativitas, menggunakan cara yang cepat, tepat, cermat, serta manfaat. Hal itu akan menjadikan pekerjaan tidak monoton. Ketujuh, bekerja merupakan kehormatan. Bekerja cermin kemandirian dan itu mahkota kehormatan. Oleh karenanya, bekerjalah dengan ketekunan dan keunggulan. Kedelapan, kerja merupakan pelayanan. Setiap pekerjaan akan terkait dengan pelayanan. Semangat melayani harus terpatri. Bekerja dengan kerendahan hati akan menghasilkan kinerja paripurna.
Kita menyadari bahwa setiap pekerjaan dibutuhkan etos kerja yang tinggi, agar dapat mewujudkan cita-cita yang hendak dicapai. “Barang siapa yang ingin berhasil total maka harus berani gagal total”. Kalimat tersebut mendorong kita untuk bekerja dengan keseriusan, totalitas, hingga tuntas. Pandemi Covid-19 tidak seharusnya menjadi halangan untuk bekerja keras. Karena dalam kondisi seperti ini, yang terpenting adalah tetap menjaga protokol kesehatan. Kita dituntut untuk berkreativitas dengan memiliki etos kerja yang tinggi. Etos kerja yang tinggi merupakan sebuah nilai yang harus dan tetap ada dalam diri setiap orang.
Pandemi Covid-19 Menjadi Kesempatan Berkreativitas:
Apa yang dapat kita petik dari peristiwa pandemi COVID-19 ini? Menurut penulis ada tujuh hal penting yang dapat diperoleh di balik pandemi COVID-19 ini, antara lain:
- Setiap peristiwa selalu ada hikmahnya. Siapapun kita tidak pernah tahu kalau pandemi COVID-19 ini telah memporak-porandakan seluruh sendi-sendi kehidupan kita. Melalui pandemi ini, kita disadarkan bahwa tidak satupun dari kita yang berdaya untuk menolak penularan virus ini. Tua-muda, kaya-miskin, pejabat-rakyat jelata, pria-wanita, terpelajar-tidak terpelajar, di kota-di desa, di negara maju-negara miskin, semua telah terdampak pandemi yang merisaukan ini. Pandemi ini telah menghancurkan kemapanan, pandemi ini telah meruntuhkan dominasi dan pandemi ini mendera kesombongan. Setidaknya itulah hikmah yang kita peroleh dari pandemi ini.
- Ambillah hikmah tersebut sebagai pembelajaran. Kita dituntut untuk mengambil hikmah dari setiap kegagalan yang pernah kita alami dan memakainya sebagai pembelajaran. Banyak hal yang kita dapatkan melalui pandemic COVID-19 ini. Protokol kesehatan telah memberikan pelajaran berharga bagi kita. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menjaga jarak, memproteksi diri dengan menggunakan masker, menghindari kerumunan, selalu memelihara stamina tubuh, olahraga dan berjemur di pagi hari menjadi kebiasaan baru bagi kita dan juga menjadi bekal menghadapi peristiwa yang sama di kemudian hari.
- Pembelajaran tersebut harus membawa perubahan cara berpikir, perilaku dan cara kerja yang baru. Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya, pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap pekerjaan dan usaha kita. Oleh karena itu kita harus melakukan perubahan terhadap cara kerja yang lebih baik, efektif dan efisian. Peristiwa ini mendorong kita untuk terus berpikir sehingga mampu mengeluarkan ide-ide yang baik dan kreatif untuk menunjang kehidupan bahkan di tengah goncangan sekalipun. Tidak kalah pentingnya, kita juga harus mengubah perilaku kita dari kesombongan dan arogansi.
- Bila cara berpikir, perilaku dan cara kerja baru dapat dilaksanakan dengan baik dan terstruktur, maka kita akan bisa melewati masa-masa sulit ini dan akan masuk dalam kondisi normal yang baru yang lebih baik.
- Hal-hal yang baik yang telah kita terima sebagai pembelajaran harus kita pertahankan dan sebaliknya hal-hal buruk yang pernah kita lakukan sebelumnya harus kita tinggalkan.
- Teruslah bekerja secara produktif agar bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Itu adalah panggilan dan tanggung jawab kita.
- Jika kita telah menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, sesungguhnya kita telah mewujudkan tujuan Tuhan dalam hidup kita.
Demikianlah di masa-masa sulit seperti ini, kita dituntut untuk kreatif dan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Kondisi yang sama sekali tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Mungkin kita tidak pernah membayangkan jika saat ini kita harus bekerja dari rumah (work from home). Ini menjadi pengalaman baru yang menantang. Di lain pihak sesuai anjuran protokol kesehatan, kita harus memakai masker setiap keluar dari rumah maupun selama bekerja di kantor. Harus menjaga jarak (physical distancing) dengan orang lain. Harus mengikuti ibadah-ibadah dari rumah. Harus sering-sering mencuci tangan. Harus rela meninggalkan kebiasaan untuk bersalaman dan cipika-cipiki saat bertemu dengan sahabat atau keluarga. Harus menghindari kerumunan, menghindari upacara-upacara adat termasuk upacara penghormatan terakhir bagi keluarga dekat maupun sahabat yang meninggal karena COVID-19. Harus segera mandi dan mengganti pakaian setelah kembali ke rumah. Semula pola kerja dan pelaksanaan protokol kesehatan di atas, sangat mengganggu kenyamanan kita. Namun setelah menjalaninya lebih dari satu bulan, kita mulai terbiasa dengan kebiasaan baru tersebut, bahkan kita dapat menjalaninya tanpa beban. Memang pada awalnya agak sulit, tetapi kemudian menjadi terbiasa dan menjadi pola hidup baru bagi kita.
OPINI 2
KREATIVITAS DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh: Petrus Ryan Mehakati
Mahasiswa Semester VIII – Fakultas Filsafat – UNWIRA
KKN-PPM 2021
Dalam media online berupa facebook yang saya gunakan, beberapa kali tampak video sekelompok orang yang menyanyikan lagu yang begitu merdu dan harmoni. Sekelompok orang itu adalah mahasiswa-mahasiwi SENDRATASIK Unwira Kupang. Mereka menyanyikan sebuah lagu dari tempat yang berbeda secara virtual. Mereka bernyanyi dari kediaman masing-masing kemudian digabungkan menjadi satu. Seorang dirigen memandu anggota yang lain dan menyesuaikannya dengan tepat. Pembagian suara dan variasi saling berkejar-kejaran yang di sebut kanon menambah keindahan lagu tersebut. Maka lahirlah paduan suara yang unik. Cukup sulit sebenarnya memadukan dan menyelaraskan tiap nyanyian dalam sebuah lagu dari tempat yang berbeda tapi toh mereka mampu melakukannya.
Kreativitas
Nyanyian yang dibawakan secara virtual oleh mahasiswa-mahasiswi SENDRATASIK ini menunjukkan bahwa orang-orang bisa melakukan suatu hal yang unik, inovatif dan menarik. Semuanya itu terangkum dalam kreativitas. Michele Shea pernah berkata “Kreativitas adalah…. Sesuatu yang tampaknya belum muncul atau ada sebelumnya. Anda harus menemukannya dan menciptakannya menjadi sesuatu yang ada, dan itu adalah kondisi berteman dengan Sang Pencipta”.
Menurut kamus Webster, defenisi dasar kreativitas adalah penemuan artistik atau intelektual. Kreativitas ditandai dengan kemampuan atau tenaga untuk menciptakan ataupun membawa sebuah keberadaan, membentuk sesuatu yang baru, memproduksi melalui keahlian berimajinasi, menjadikan atau memunculkan sebuah ciptaan yang baru. Di sekitar kita berbagai produk kreasi manusia sudah tersebar. Mulai dari patung, bangunan, berbagai jenis mesin, beragam mobil, pesawat terbang dan banyak lagi. Ketika seseorang mencipta, sebenarnya ia sedang membuat sesuatu menjadi eksis, dari tingkat ketiadaan menjadi ada. Sebagian orang mengatakan bahwa kreativitas itulah yang menjadi bukti bahwa manusia meniru sifat Tuhan dalam batasan duniawi. Kita bisa menciptakan berbagai hal atau benda dari ketiadaan menjadi ada dengan kreativitas yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia. Kreatif adalah kata sifat, sementara pelakunya adalah kreator, dan Tuhan adalah Kreator yang Agung, Maha Pencipta yang kita kenal.
Kreativitas di Masa Pandemi Covid-19
Di masa pandemi Covid-19 ini pemerintah menganjurkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak perlu diterapkan. Aktivitas di luar ruangan dikurangi. Kegiatan yang menciptakan kerumunan dan kontak fisik dilarang. Ada juga yang menempelkan slogan di pingir jalan yang berbunyi “jaga jarak, karena yang dekat belum tentu jadian” mungkin ini ditujukan kepada para couple love.
Masyarakat tentunya mengalami kesulitan untuk beraktivitas. Alasan yang paling mendasar adalah karena sebagian besar aktivitas masyarakat membentuk perkumpulan atau kerumunan. Alhasil banyak pekerjaan yang tidak dilaksanakan bahkan diberhentikan secara total. Namun pandemi tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak berkarya. Kreativitas dibutuhkan di era pandemi Covid-19.
Kreativitas, kata yang terkadang tidak semudah mengucapkannya. Bagi sebagian besar orang, memiliki arti agak rumit. Sebagian besar juga memberikan cap bahwa kreativitas itu tidak gampang dicapai, hanya dimiliki segelintir orang saja. Orang-orang yang berbakat atau dilatih secara khusus. Kreativitas juga sulit untuk dibicarakan dengan bahasa yang gamblang. Bermacam teori ada dibaliknya. Banyak pendapat pakar yang memberi andil sehingga masyarakat umum tetap bingung akan arti dan makna kreativitas yang sebenarnya. Apakah kreativitas hanya untuk kalangan akademik, intelektual atau manusia jenis apa? Katanya, entah isu dari mana, orang kreatif itu langka. Biasanya orang kreatif itu memang punya bakat, seperti layaknya jenius yang digosipkan dibawa dari lahir. Jadi kita yang kebanyakan ini sungguh bernasib malang karena kita adalah manusia dengan tingkat intelejensia “rata-rata”. Jika orang-orang masih terjebak dalam pemikiran seperti ini, maka sampai kapan pun mereka tidak akan memiliki kreativitas.
Jadi sebenarnya apa yang disebut dengan kreativitas dalam arti yang praktis dan mudah untuk dimengerti? Jawabnya sebenarnya gampang. Jika anda menggunakan “pendekatan baru” terhadap kerja maupun masalah anda sehari-hari, maka kita sedang menggunakan sesuatu hal yang berdasarkan kreativitas. Sederhana bukan? Pendekatan baru adalah sebuah proses pemecahan masalah dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Jangan terlalu kaku dengan istilah baru disini. Baru berarti bukan dengan cara yang lama, tetapi bukan pula berarti hanya cara yang sama sekali berbeda. Baru bisa dijelaskan dengan cara yang bervariasi mulai modifikasi cara lama sampai benar-benar baru dan belum terpikirkan sebelumnya. Itu lebih kepada jenis orisinil atau penyempurnaan. Namun pendekatannya bukan lagi model sebelumnya. Itu yang penting kita pahami. Seperti yang lakukan para mahasiswa-mahasiswi SENDRATASIK, meskipun pada masa pandemi covid-19 kerumunan orang dilarang tetapi mereka berkumpul dengan cara yang lain yaitu dengan menggunakan media online secara virtual. Mereka juga tidak merubah esensi dari nyanyian dalam suatu paduan suara tetapi melakukannya dengan cara yang baru.
Penutup
Di masa pandemi Covid-19 orang-orang perlu kreativitas. Sebagian orang berpendapat bahwa kreativitas adalah sesuatu hal yang misterius dan penuh teka-teki, dan sulit untuk dijelaskan secara gamblang. Orang memiliki kreativitas adalah orang-orang jenius, punya bakat dan yang dibawa sejak lahir. Namun tidak demikian. Kreativitas ada dalam pengalaman hidup keseharian kita. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan hal biasa dengan cara yang berbeda.