COVID-19 DAN CARA PENANGGULANGANNYA
Oleh: Ferdianus Son
Mahasiswa Semester 8 – Fakultas Filsafat – UNWIRA
KKN-PPM 2021
SARS-CoV-2 atau Covid-19
Sudah setahun lebih, dunia porak poranda akibat merebaknya virus mematikan yakni SARS-CoV-2 atau Covid-19. Virus yang pertama kali muncul sekitar akhir tahun 2019 di salah satu kota industry-Cina, kota Wuhan, disebut dengan nama virus corona yang juga merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti MERS dan SARS.
Kemunculan Covid-19 yang sangat tiba-tiba dan menyebar begitu cepat, sempat membuat dunia terkejut, dan bahkan mengalami keterlambatan hingga tidak sempat mengantisipasinya. Waktu penularan yang terbilang sangat cepat, membuat Covid-19 “berhasil” mengubah seluruh tatanan dalam kehidupan manusia hampir diseluruh dunia. Di Indonesia sendiri, virus ini telah membawa perubahan besar baik dari segi sosial, politik, ekonomi, pendidikan maupun kebudayaan seperti yang dirasakan saat ini.
Kasus pertama penularan Covid-19 di Indonesia terjadi pada bulan Januari 2020, dan kemudian menyebar dengan cepat. Sesaat setelah virus korona (sebutan lain untuk Covid-19) merebak di Indonesia, muncul begitu banyak istilah baru. Semisal sosial distancing (jaga jarak), PSBB (pembatasan sosial berskala besar), PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), WFH (work from home). Semua istilah baru ini merupakan sebuah gebrakan yang bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus agar tidak meluas. Namun usaha ini sepertinya tidak mempan. Alasan utamanya adalah sikap masa bodoh yang lebih mendominasi dalam diri sebagian masyarakat Indonesia.
Gejala
Demam menjadi gejala paling umum di antara pasien yang terpapar korona. Seorang ahli epidemiologi di University of Texas Lauren Ancel Meyers mengatakan, pasien mungkin terinfeksi tanpa menunjukkan gejala selama lima hari atau lebih. Namun, saat gejala muncul, dapat mirip dengan pneumonia. Covid-19 dapat memburuk dari waktu ke waktu, hal inilah yang membedakannya dari pneumonia. Adapun pola gejala yang berkembang di antara pasien virus corona yaitu, pasien demam. Pasein kemungkinan juga mengalami kelelahan, nyeri otot, dan batuk kering. Sebagian kecil dari mereka mungkin mengalami diare atau mual selama satu atau dua hari sebelumnya. Kemudian pasien kemungkinan mengalami kesulitan bernapas, terutama jika di usia lebih tua atau memiliki riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya, gejala memburuk, dan bagi pasien dengan kasus yang parah akan mengalami sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), penyakit yang terjadi ketika cairan terkumpul di paru-paru. ARDS ini sering kali berakibat fatal. Jika pasien memiliki gejala yang memburuk, ini adalah waktu dalam perkembangan penyakit ketika mereka kemungkinan besar dirawat di ICU. Pasien-pasien ini mungkin mengalami sakit perut dan kehilangan nafsu makan daripada pasien dengan kasus yang lebih ringan.
Pencegahan
SARS-CoV-2 atau Covid-19 atau yang sering disebut virus korona merupakan jenis virus mematikan yang telah membunuh jutaan umat manusia dan menginfeksi jutaan lainnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Untuk Indonesia sendiri, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 semakin hari semakin bertambah dan begitu pula dengan kasus kematiannya yang kian meningkat hingga mencapai ribuan jiwa. Penyebaran virus ini di Indonesia sudah terbilang sulit untuk dikendalikan. Kesulitan ini muncul akibat kurangnya kesadaran masyarakat. Bahkan ada masyarakat yang menganggapnya biasa-biasa saja seperti virus-virus yang lain. Anggapan seperti ini, membuat sebagaian masyarakat mengabaikan protokol kesehatan.
Pencegahan terhadap virus korona sebenarnya dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana, seperti mematuhi anjuran pemerintah untuk senantiasa menerapkan pola 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Mengapa harus memaki masker, mencuci tangan dan menjaga jarak?
Pertama, memakai masker. Berdasarkan penelitian, virus korona bisa menular melalui percikan air liur yang keluar dari mulut orang yang sudah terjangkit, baik ketika berbicara maupun bersin, batuk dan lain-lain. Fungsi masker di sini adalah untuk menjaga kemungkinan terjadinya hal tersebut di atas. Kedua, mencuci tangan. Mencuci tangan juga merupakan salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus korona. Perlu diketahui bahwa virus mematikan ini bisa menempel dimana saja. Maka ketika sesuatu (apa pun itu), sudah disentuh oleh orang yang sudah terjangkit, virus darinya akan menmpel pada benda tersebut dan bisa bertahan hidup sampai beberapa waktu. Ketiga, menjaga jarak. Kerumunan memungkinkan virus bisa menyebar dengan cepat. Maka untuk mencegahnya adalah dengan menerapkan apa yang disebut dengan social distancing dan phisical distans. Untuk yang terakhir, perlu kesadaran penuh masyarakat agar menghindarai kerumunan. Virus corona dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui berbagai cara, seperti: Melalui udara dengan batuk dan bersin. Kontak pribadi, seperti menyentuh dan berjabat tangan. Menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan.
Selain ketiga hal tersebut di atas, dalam kegiatan KKN-PPM ini saya mencoba menawarkan metode lain yang sebenarnya sudah digaung-gaungkan oleh pemerintah sejak lama tetapi minim respons dari masyarakat. Cara tersebut adalah menjaga imun. Menjaga imun dapat dilakukan dengan banyak cara, semisal berolahraga secukupnya, kerja, istirahat cukup, menjaga pola makan dan juga menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Berhubungan dengan kebersihan lingkungan, sepintas mungkin terlihat sama sekali tidak ada kaitannya antara korona dengan kebersihan ligkungan. Namun, perlu diketahui bahwa hal ini dilakukan agar supaya kita tidak diserang penyakit lain yang kemudian berpengaruh pada daya tahan tubuh kita sehingga mempermudah virus masuk.
CONTOH GAMBAR VIRUS KORONA DAN PENULARANNYA
AYO LAWAN CORONA
KEGIATAN KKN-PPM, SOSIALISASI PENERAPAN 3M