REFLEKSI

Mengandalkan Diri Parah, Mengandalkan Tuhan Ok

Oleh: Runoldus Yoseph Ndoa

Mahasiswa Semester 8 – Fakultas Filsafat – UNWIRA

KKN-PPM 2021

Sebelum merefleksikan tentang penyakit dan situasi yang diakibatkan olehnya (covid-19) saat ini, jujur saja, pertama-tama saya mau mengatakan bahwa saya sangat benci dengan penyakit ini. Korona dan dampaknya telah terjadi dan terus menjadi-jadi. Korona juga telah mempengaruhi semua orang, bahkan dunia ini. Tidak hanya dalam batasan mempengaruhi, melainkan juga telah merugikan banyak hal dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari aspek religius, politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. 

Dalam situasi ini, sadar atau tidak ada banyak hal yang telah hilang dari diri kita. Cita-cita dan harapan akan kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan yang menjadi arah dan tujuan hidup semua orang telah direnggut dan dirampas olehnya. Dan kini, juga menimbulkan kesan bahwa virus ini telah memutuskan relasi secara personal manusia dengan Penciptanya dan juga dengan sesamanya. Penyakit ini seolah-olah sedang berjuang untuk mengendalikan hidup manusia dengan efeknya. Toh, dari sekian efek negatif yang ditimbulkannya, ada juga hal positif yang dapat ditemukan.

             Penyakit ini, secara kasat-mata menjadi penentu batas hidup dan mati seseorang. Kita tentu tidak serta merta takhluk di bawah pengaruhnya. Kita harus tetap percaya bahwa hidup dan mati kita, terutama sebagai orang beriman tergantung dan berasal dari Tuhan sendiri.  Kita, sebagai orang beriman, bertanggungjawab dengan cara menjaga kesehatan baik secara personal maupun kolektif. Itulah yang dapat membantu menyelamatkan hidup kita.

            Di sisi lain, virus ini juga secara perlahan telah membentuk karakter dan pribadi dari setiap orang untuk hidup sendiri, egois, mencari kenyaman diri, menjauhkan kita dari orang yang kita cinta bahkan itu adalah orang terdekat kita yaitu bapa, mama, adik, kakak, dan saudara-saudari kita. Menghadapi masalah yang melanda kita saat ini, adalah baik kita harus melibatkan Dia dalam seluruh aspek kehidupan kita. Inilah yang terutama dan yang menjadi kekuatan kita. Iman kita kepada-Nya menjadi kekuatan, dasar dan tujuan hidup dari segala sesuatu yang kita harapkan sekaligus bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Jangan biarkan penyakit ini menjadi penghalang dan bahkan merusak iman dan hubungan kita dengan Tuhan. Kita kuat jika kita menaruh seluruh kehidupan kita pada-Nya, tetapi jika kita tidak kuat, maka kita akan jatuh pada penyakit ini. Kita akan masuk dalam perangkapnya. Cemas, gelisah, dan takut akan meghantui setiap gerak kehidupan kita.

            Tuhan, Engkau telah menunjukannya kepada kami bahwa Engkau mampu menyembuhkan penyakit kusta yang hampir tidak bisa disembuhkan oleh siapapun dan dengan obat apapun. Engkau satu-satunya yang mampu melakukannya. Sekarang bagaimana dengan kami? Masihkah kami ragu dengan-Mu. Masihkah kami mengharapkan-Mu, hadir secara nyata untuk kedua kalinya supaya mengatasi penyakit yang sedang kami alami ini. Itu tidak perlu Tuhan. Sekarang hanya butuh iman dari kami kepada-Mu. Iman kepada-Mu itulah yang harus kami tunjukan yang mampu menyelamatkan. Iman sekecil biji sesawi saja, kami yakin bisa melakukannya sekalipun nyawa kami menjadi taruhannya asalkan bersama Engkau. Tuhan bimbinglah kami untuk melakukannya. AMIN.

Mengandalkan pengetahuan dan kemampuan yang berasal dari diri sendiri, adalah penyesatan. Mengandalkan kebaikan dan kebajikan yang berasal dari diri sendiri, adalah kekeliruan. Jangan mencoba untuk mengabaikan Tuhan, jangan berusaha untuk melupakan Tuhan dan jangan biarkan kita terpisah dan menjauh dari-Nya. Jika kita mau selamat

berjalanlah dalam dan bersama Tuhan